Kamis, 27 November 2014

Pasar Di Timor-Leste Siapa Yang Untung?

Gambaran produk dalam negeri yang masih berupa bahan mentah yang harus bersaing dengan produk jadi darin industri
Pembangunan suatu Negara hakekatnya untuk mensejaterakan masyarakatnya bukan yang lain. Dalam mensejaterakan masyarakatnya banyak cara yang ditempuh oleh pemegang kekuasaan seperti pemerintah dan dukungan dari para legislator di Parlamen.

Masyarakat pelososk Timor-Leste banyak berkecimpung dalam sektor pertanian yang tradisionil dan subsisten. Mayoritas memiliki lahan yang hanya cukup untuk ditanami produk pertanian,  yang utamanya dipergunakan untuk konsumsi sehari-hari. Mereka juga memiliki tabungan hidup seperti ternak sapi, babi, kambing, ayam dan yang lainnya yang juga jumlahnya terbatas.

Tabungan hidup ini sering di gunakan untuk menopang hidup untuk kebutuhan jangka panjang seperti menyekolahkan anak dan yang tidak kalah penting juga digunakan untuk kebutuhan adat. Ada wacana istimewa untuk kebutuhan adat di Timor-Leste, penduduk di pelosok negeri lebih merelakan ternaknya untuk seremoni adat jika dibandingkan ternak tersebut dijual untuk menyekolahkan anak mereka. Hal ini terjadi karena gengsi para tua-tua dalam mempertahankan nama baiknya di dalam kelompoknya ( klen). Ada kebiasan jika sesorang tidak mampu membiayai seremoni adat kultural maka orang tersebut akan dikucilkan bahkan suaranya tidak lagi dihargai, berangkat dari hal macam inilah kebanyakan tabungan hidup seperti ternak pada umumnya dimiliki masyarakat pelosok negeri namun utamanya untuk persiapan acara adat budaya selebihnya baru untuk di jual kepasar.

Struktur ekonomi dan budaya seperti di jelaskan diatas. Tentunya, mencerminkan pola hidup dan cara masyarakt Timor bertahan hidup. Kebanyakan produk yang di jual ke pasar adalah produk pertanian yang masih mentah yang mempunyai nilai ekonomis lebih rendah jika di bandingkan dengan produk jadi dari industri.

Pada saat bersamaan perekonomian Timor-leste membuka pintu bagi masuknya produk asing ke pasarnya. Suatu kesempatan besar bagi investor asing untuk melakukan usahanya agar memperoleh keuntungan. Masuknya produk impor ke pasar tidak harus disalahkan mengingat produksi dalam negeri yang memang belum mampu mensuplai permintan konsumen dalam negeri yang kian meningkat akibat bertambahnya pendapatan mereka. (sebagai gambaran upah minimum telah berubah dari $85 /bln menjadi $115/bln) masuknya produk asing sebagai wacana untuk menambah preferensi konsumen dalam memilih produk yang sesuai dengan keinginannya.

Akan sangat berbahaya jika pasar Timor-Leste tidak di masukki oleh produk impor karena ini jika berlaku maka dengan jumlah produksi dalam negeri yang terbatas sedangkan permintaan kian bertambah tentunya akan berimplikasi pada naiknya harga barang yang dengan kualitas yang rendah pula.
 
Jika demikian adanya, apakah investor yang menjual produknya di Timor-Leste adalah malaikat yang tulus membantu kita? Jawabnya adalah tidak. Sebab, meskipun mereka menanamkan modalnya dan menciptkan lapangan pekerjaan bagi pencari kerja kita. Tapi sesungguhnya tujuan utama mereka adalah mencari profit yang sebesar-besarnya. Perlu di catat semua variable seperti ongkos transportasi, ongkos sewa tanah dan bangunan, ongkos tenaga kerja, serta ongkos listrik dan air pada prinsipnya akan di bebankan pada harga yang harus di bayarkan oleh penduduk atau konsumen Timor-Leste ketika membeli produk-produk mereka.
 
Tabel dibawah ini di merupakan publikasi oleh badan statistik Nasional Timor Leste yang secara detail mengambarakan jumlah barang yang di ekspor oleh penduduk Timor ke luar negeri dan  jumlah barang impor yang masuk ke pasar dalam negeri pada tahun yang sama.
 
 
Terlihat jelas bahwa, jumlah impor melebihi jumlah ekspor.  Deficit trade balance mengindikasikan bahwa terjadi aliran dana keluar negeri yang berarti pula kekayaan atau uang Negara ini dibawa keluar ke luar negeri. Tentunya, untuk menutup celah ini usaha dan kemauan politik yang kuat perlu diletakkan sejak dini.

Mencermati ulasan diatas masuknya produk asing yang tidak lain sebagai signal faham pasar bebas yang perdefenisi kurang lebih berarti kebebasan berpindahnya modal masuk dan keluar di suatu sistem pasar.  Maka tentunya siapa yang lebih di untungkan dari sistem ini,  Terlebih dalam pasar Timor-Leste yang produk andalannya masih banyak berasal dari bahan mentah dan juga masih terbatas ini. Yang menikmati berlakunya sistem ini adalah investor asing, pemerintah menikmati pendapatan pajak dari aktivitas ini, dan konsumen menikmati beragam produk yang bisa di pertimbangkannya.

Siapa yang dirugikan dari masuknya produk asing ke pasar lokal. Sudah barang tentu para petani dan para pebisnis muda yang bermodal kecil yang masih minim pengetahuan akan permintaan pasar. Para petani inilah yang banyak mengambil porsi dalam total jumlah penduduk Timor. Untuk memajukan mereka bukanlah hal mudah. Banyak kajian perju diadakan perlu investasi yang masif di sektor ini. Penyediaan fasilitas pertanian perlu di benahi. Studi kelayakan varian unggul perlu di jalankan. Tanpa usaha ini sektor pertanian dan para petani kita akan hanya bisa berproduksi untuk bertahan hidup untuk masuk pasar sepertinya mereka akan kalah bersaing. sedangkan pengusaha muda kita perlu memdapat perhatian juga dengan kemudahan dalam aturan untuk memperoleh barang produksi dan juga keringanan kredit investasi yang murah perlu di pertimbangkan. dengan rencana, aturan dan penegakan aturan yang benar maka dalam persaingan pasar mungkin anak bangsa ini bisa sedikit bicara. jika tidak  mempersipkan fasilitas dan tanpa penegakkan hukum yang kuat maka, sulit bagi kita bersaing dengan investor asing yang sedang berjalan dengan produknya di negeri yang kita bayar dengan darah ini.
 
Tulisan ini jauh dari sempurna namun wacana dalam tulisan ini sedang terjadi dan kita tidak tahu seberapa serius perhatian pemerintah meginvestasikan dana pada sektor-sektor produktif seperti  pertanian dan yang lainnya agar pemenuhan dalam negeri bisa diisi lebih banyak oleh kontent lokal. Investor asing telah berperan menciptakan lapangan kerja dan kontribusi pajak. yang perlu di perhatikan adalah penegakan aturan hokum  agar tidak terjadi kebocoran dan salah sasaran.

 Mengingat Timor-Leste sangat terbuka pasarnya maka tanpa pembenahan aturan dan penegakannya maka yang menikmati pembangunan adalah orang asing kita cuma dapat ampasnya
 
Artikel relefan dapat dijumpai pada media online dibawah ini.


Tidak ada komentar: