Jumat, 02 Oktober 2009

Perlukah Timor Leste Meminjam

Head line news Diario tanggal 30 september mengatakan “Deve Osan La maneja didiak, Aumenta korupsaun : StanisLau Aleixo da Silva. “( Meminjam jika tidak dikelola dengan baik, Akan menambah Korupsi) adalah sebuah pencerminan kepedulian setiap elemen bangsa dalam menghadapi bangkitnya Negara kecil ini dari keterbelakangan ekonomi social dan politik.

Penambahan modal pembangunan melalui dana peminjaman adalah sebuah alternative jika pengejaran target pembangunan tidak dapat dipenuhi dari sumber pendapatan dalam negeri. Memaklumi latar belakang undang-undang perminyakan Timor Leste (TL) yang membatasi pemerintah untuk mengambil lebih dari 3% dari pendapatan estimasi berkelanjutan maka memberi ruang bagi pemerintah TL untuk mencari sumber dana pembangunan lain selain dari pendapatan minyak itu.

Salah satu sumber dana yang bisa ditempuh adalah melakukan peminjaman kepada Negara lain atau melalui lembaga keuangan lain seperti bank dunia maupun IMF. Akan sangat didukung kalau peminjaman yang nantinya akan dilakukan sebelumnya dan sebaiknya ditelusuri lebih mendalam secara ilmiah guna memperoleh data yang akurat sebagai bahan referensi untuk pengajuan peminjaman yang tepat sasaran. Persoalan yang lain yang menyanggal dipublik sejauh mana persiapan human resource masyarakat TL dalam memenej dana ini agar tidak mudah diselewengkan apalagi dipolitisir. Belajar dari aggaran rutin setiap tahun yang di anjurkan oleh pemerintah ke parlamen nasional guna sebagai penggesahan anggaran pembangunan sering, dikasat mata bahwa anggaran tahunan tersebut tidak dapat di eksekusi sepenuhnya kedalam lapangan, ini menjadi barometer bahwa masalah kapasitas dan birokrasi perkantoran menjadi penghambat pencairan dana-dana tersebut.

Jika anggaran tahunan tidak mudah di cairkan karena banyak factor secara explicit menandakan perlu adanya pembenahan dalam elemen pemerintah dan memudahkan rute birokrasi perkantoran dengan cara memotong rute-rute yang tidak efisien sehingga penggunaan dana pembangunan akan mudah menjangkau bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Keprihatinan warga masyarakat yang paling menakutkan adalah dengan adanya peminjaman berpotensi memunculkan utang kriminal yang artinya adalah dana peminjaman hanya dinikmati oleh segelintir kelompok tetapi untuk melunasinya masyarakatlah yang menjadi korban, seperti biaya listrik dinaikan Biaya rumah sakit dinaikan, biaya air besih, biaya sekolahan dan masih banyak lagi. Kecenderungan seperti itu akan mencuat ketika posisi neraca Negara deficit. Untuk melakukan pengembalian hutan Negara dan untuk menutupinya pemerintah akan melakukan penaikan ongkos pada pelayanan publikl.

Adalah tidak patriotisme kalau TL meminjam tetapi yang akan menikamati Cuma hanya segelintir kelompok sedangkan warga masyarakat akan menanggung beban utang Negara tersebut. Kita berharap situasi seperti yang saya paparkan diatas tidak menimpa bumi TL sebab masyarakat kita kebanyakan masih hidup dalam kondisi memprihatinkan dan hanya mengandalkan produksi pertanian mereka yang mayoritas masih bercocok tanam secara tradisional ini.

Kembali pada topik judul saya perlukah TL meminjam? secara kasak mata saya setuju untuk meminjam dana untuk pembangunan bumi Loro sae ini. Alasannya dana pembangunan yang bertumpu pada estimasi pendapatan minyak berkelanjutan (ESI) adalah tidak cukup untuk menjawab investasi publik yang besar untuk saat dekat ini tetapi kita berharap peminjaman harus di investasikan untuk investasi infrastuktur Negara kita yang masih minim sekali. Tetapi semoga dana peminjaman jika suatu saat memang terealisir maka kita semua berharap tidak terjadi banyak kantong yang lubang sehingga sasaran dari dana tersebut mencapai targer sesuai dengan yang harapkan.

Seperti semua orang menyadarinya kesusksesan pembangunan suatu negara adalah sebuah proses yang berkepanjangan yang melibatkan semua elemen masyarakat oleh sebab itu sudah sepatutunya pilar demokrasi yang ada mesti kokoh antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak terjadi saling menguasai antara yang satu dengan yang lainnya. Journalis, Gereja dan LSM harus tetap menyuarakan keadilan sehingga kontrol and balance bisa terjadi di negeri separu pulau Timor ini.

SO.....Whats your Opinions?